kehidupan politik indonesia 2009 akan sedikit mengalami gempa politik yang luar biasa dengan adanya pemilu, beragam tokoh sudah mulai melakukan ancang-ancang politik yang luar biasa hebatnya. sebuah fenomena yang menarik, untuk sejenak urun rembug sedikit memberikan sebuah pandangan.
Masyarakat Indonesia di Mata Parpol
Sebenarnya, bagaimanakah para peserta partai politik itu memandang masyarakat, apakah parpol menempatkan mereka sebagai subjek demokrasi untuk mencapai tujuan bangsa atau memandang mereka sebagai sebuah objek mencapai sebuah kekuasaan?
Ancang-ancang politik, dengan sosialisasi diri, program, dan tak lupa menaruh janji-janji manis yang selalu tak lupa mereka sertakan meskipun kemudian kadang mereka lupa. Ajang ini menjadi sebuah tren luar biasa, yang di satu sisi memberikan denyut nadi kehidupan ekonomi bagi pengusaha media sosialisasi di tengah krisis global dan di satu sisi menghadirkan sebuah pemandangan demokrasi Indonesia yang penuh dengan wajah persaingan dan kadang terkesan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan terbukti dengan penempatan media sosialisasi secara serampangan dan kadang merusak tatanan serta wajah kota yang cantik. Jelas, ada persaingan tetapi persaingan untuk memperebutkan apa?
realitanya, politik adalah sebuah pertarungan, perebutan sebuah ‘power’ untuk menuju sesuatu yang diinginkan. Tanpa strategi politik yang baik, musykil bisa mendapatkan ‘power’ itu, dan strategi itu kadang tak jauh dari amis darah dan bau jamban busuk.
ketua DPRD Sumut, yang tewas adalah bukti sahih pertumpahan darah dalam Demokrasi, dan Jatuhnya Soekarno tak luput dari strategi jamban busuk yang luar biasa, itulah realita politik. Meski demikian jatuhnya Soeharto di 1998, merupakan realita politik yang memang masih terkait dengan amis darah dan jamban busuk tetapi perubahan besar dimulai dari sini. Realita yang kejam pun tetap membawa nilai positif.
Jadi, pertanyaan inti tentang masyarakat di mata parpol adalah sebuah tanggung jawab dan komitmen dan loyalitas kepada bangsa ini, bukan semata tentang kekuasaan. Sayangnya, hal itu dalam pandangan saya belum terjadi. Bukti konkret, setiap aktor politik mempunyai agenda perubahan, tetapi perubahan yang ada tidak segreget dari apa yang mereka gemborkan – meskipun harus diakui perubahan suatu proses yang tidak mudah . adakah Parpol, yang berkomitmen untuk masyarakat, dan loyalitas dan tanggung jawabnya teruji tidak hanya cukup? itu adalah urusan individu masing-masingh pemilih.